Ad Code

Responsive Advertisement

Evaluasi pelaksanaan program Kranisasi dalam penanggulangan DBD di Kota Yogyakarta Mooy, Amelia Juni Pembimbing: Dra. Retna Siwi Padmawati , MA.

ABSTRACT : Background: Dengue Hemorrhage Fever (DHF) is one of public health problems in Indonesia. The case of DHF in Yogyakarta in 2007 was 767 cases with tree fatality, and the biggest cases was in the age 5-14 years old or in school. Water could become a breeding place for vector. Previous research mentioned that Aedes Aegypti mosquito like usually put their eggs in a cement based place. For DHF control the government of Yogyakarta Municipality create a new innovation in “water faucet” program that was diminishing mosquito breeding place in the bath up at bath room/toilet and changed into “water faucet” and plastic bucket. In order the program could be implemented as expected, stakeholder’s role is very important. Thes the program should be evaluated in order to see the impact in improving the mosquito free rate in school and the continuity of the program. Objective: This research was aimed to evaluate the implementation of “water faucet” at school in Yogyakarta Municipality, through evaluating the role and support of stakeholder in the maintenance of “water faucet” in DHF control. Method: This was a descriptive research that used evaluatie design. The quantitative and qualitative data was applied to evaluate “water faucet” program in Yogyakarta Municipality. Result: “Water faucet” program in Yogyakarta Municipality in DHF control has been well implemented. Almost all of the schools have changed their bath up into toilet with bucket. The mosquito free rate in school which had water faucet was 93,3%. But some component that still needed more attention were are the condition of the toilet’s floor 70,3%, the condition of the water resource 89,3% and the water sufficienly along the year 73,3%. The frequency of cleaning the water container was 68%, the visit for mosquito control was 80% and the control from public health center was 72%. This was closely related with stakeholder’s support and role in maintenance and collaboration with health office in the form of vaporisation, abatisation and larvae supervisor. Conclusion: Water faucet program in school considered as well established in DHF control, so that it is expected that the program could be developed in other schools. However, it should be combined with other activity such as 3M so that there will be no more mosquito breeding place in the fature. Kata kunci: stakeholder, school, DHF, “water faucet”
INTISARI : Latar Belakang: Penyakit Demam Berdarah Dendue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kasus DBD di Kota Yogyakarta tahun 2007 sebanyak 767 kasus dengan tiga kematian, dimana yang terbanyak pada kelompok umur 5-14 tahun, yang merupakan kelompok usia sekolah dasar. Air dapat menjadi media perkembangbiakan vektor. Penelitian terdahulu menyatakan nyamuk Aedes aegypti senang meletakkan telurnya pada bejana yang terbuat dari semen. Pemerintah Kota Yogyakarta dalam penanggulangan DBD membuat inovasi baru yaitu program ”kranisasi” dengan maksud menghilangkan tempat perindukan nyamuk yakni bak kamar mandi/WC dan kemudian diganti dengan kran dan ember plastik. Agar program tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka peran stakeholder sangat penting. Namun program tersebut harus dievaluasi untuk melihat dampak dalam meningkatkan angka bebas jentik di sekolah dan kelangsungan program tersebut. Tujuan Penelitian: Untuk mengevaluasi pelaksanaan program ”kranisasi” sekolah di Kota Yogyakarta, melalui peran dan dukungan stakeholder dalam pemeliharaan ”kranisasi” dalam rangka penanggulangan DBD. Metode: Penelitian deskriptif dengan rancangan evaluasi dengan data kuantitatif dan kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan evaluasi program ”kranisasi” sekolah di Kota Yogyakarta. Hasil: Program ”kranisasi” sekolah yang ada di kota Yogyakarta dalam penanggulangan DBD sudah berjalan dengan baik. Hampir semua sekolah sudah mengganti bak kamar mandi/WC dengan ember. Angka bebas jentik pada sekolah yang dikranisasi yakni 93,33%. Namun beberapa komponen yang masih perlu mendapat perhatian adalah pada komponen keadaan lantai kamar kecil (70,3%), keadaan sekitar sumber air (89,3%), dan kecukupan air sepanjang tahun (73,3%). Frekuensi pembersihan ember (90,75) dan cara membersihkan ember (68%). Frekuensi kunjungan jumantik (80%) dan kontrol dari Dinas Kesehatan/Puskesmas (72%). Hal ini tidak terlepas dari dukung dan peran stakeholder sekolah dalam pemeliharaan dan kerjasama dengan dinas kesehatan dalam bentuk pengasapan, abatisasi, serta adanya jumantik. Kesimpulan dan Saran: Program ”kranisasi” sekolah dipandang baik dalam penanggulangan DBD, maka diharapkan program tersebut dapat dikembangkan pada sekolah-sekolah lain. Namun yang perlu diperhatikan yakni program tersebut harus dipadukan dengan kegiatan lain seperti 3M sehingga di kemudian hari tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Kata kunci : stakeholder, sekolah, DBD,” kranisasi”.
Kata kunci Stakeholder,Sekolah,DBD,Kranisasi
Deskripsi xii, 61 p., bibl., ills., 29 cm
Bahasa Indonesia
Jenis Thesis
Penerbit [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada, 2009
Lokasi Perpustakaan Pusat UGM
File [ Abstrak ]

Posting Komentar

0 Komentar