Ad Code

Responsive Advertisement

Ciri Manusia Terbaik

Sebagai manusia yang hidup di dunia ini, tentunya kita mendambakan nilai yang terbaik di sisi Alloh SWT sebagai bekal menuju kehidupan di akhirat kelak. Merujuk beberapa keterangan dalam Al-Quran dan Hadits, terdapat beberapa ciri manusia terbaik yang bisa menjadi acuan bagi kita.


Pertama, Manusia Terbaik adalah yang Paling Baik Akhlaqnya
Akhlaq berasal dari kata kholaqo yang berarti menciptakan. Jadi akhlaq itu pada dasarnya bisa dibuat / diciptakan, bukan sesuatu yang given dan tidak bisa berubah. Kita bisa melihat kisah hidup Umar bin Khatab untuk memahami perubahan akhlak. Pada  zaman jahiliyah akhlaq beliau amatlah buruk, ia membunuh bayi, seorang pegulat hebat, bahkan akan membunuh nabi saat adiknya mau masuk islam. Namun setelah ia masuk islam akhlaqnya berubah luar biasa, ia menjadi seorang yang bisa menerima nasehat walau dari seorang pembantu dan saat ia sedang marah. Begitu juga dengan kisah Abu Bakar, ia seorang yang sering menangis dan lemah lembut. Namun ketika banyak orang murtad zakat setelah nabi wafat, ia menjadi  tegas dan keras, bahkan sampai memerangi kaum murtad tersebut.
Satu diantara kunci sukses dakwah nabi, adalah keluhuran akhlaqnya. Hal ini bisa dilihat dalam kisah yang sering kita dengar. Setiap hari nabi selalu melewati seorang yahudi,  dan nabi selalu dilempar, dicaci maki dan diludahi. Namun saat orang yahudi itu tidak nampak dikarenakan sakit, nabilah orang pertama yang menengok yahudi tersebut dengan membawa butiran kurma. Karena keluhuran akhlaq nabi, akhirnya orang yahudi tersebut masuk islam.
Begitu juga saat Abu Bakar bertanya kepada Aisyah, “Amal nabi apa yang bisa aku lakukan?, Aisyah menjawab, Nabi selalu berangkat di pagi hari menemuhi seorang yahudi tua buta yang selalu mencaci makinya, nabi membawa roti dan menyuapinya. Lantas Abu bakar meniru amalan nabi itu dan menemui orang yahudi itu. Orang yahudi itu lantas bertanya, Siapakah engkau?, Abu bakar menjawab, Akulah yang setiap hari memberimu roti dan menyuapimu. Orang yahudi itu berkata,”Engkau bukan orangnya, karena orang yang setiap pagi datang itu, sangat lembut saat menyuapiku”. Lantas Abu Bakar berkata, apakah engkau tahu bahwa orang yang datang setiap hari itu adalah  Muhamad saw. Mendengar keterangan Abu Bakar itu, orang yahudi tua itu menangis dan akhirnya masuk islam.
Salah seorang penyair mesir, Syauqi Bay, berkata: “Suatu bangsa akan maju ketika akhlaq bangsa itu baik. Sebaliknya suatu bangsa akan rusak ketika akhlaq bangsa itu rusak”.

Akhlaq nabi sepenuhnya mencerminkan Al-Quran 30 juz, yang semuanya firman alloh dan mutlak kebenarannya. Sehingga Alloh pun memuji akhlaq beliau,” Waiinaka la’ala khulukin adhiim..” Sesungguhnya pada diri Muhammad terdapat akhlaq yang agung”
Kedua, Orang terbaik ialah orang yang panjang umur dan baik  amalnya.

Sebagaimana tersirat dalam QS an-Nasr, waktu yang kita miliki setiap hari haruslah diisi dengan amal baik (ibadah), agar semakin banyak bekal yang kita bawa sebelum kembali kepada Alloh SWT. Tugas kita untuk beribadah harus ditafsirkan dalam pengetian yang luas, yakni setiap aktivitas yang berharap ridlo Alloh, baik yang nyata maupun yang bathin. Setiap kita diminta untuk bekerja sesuai keahlian dan kapasitasnya  masing-masing, baik di bidang ekonomian, pertanian,  pendidikan, dan lain lain. Jadikanlah potensi ini sebagai ibadah sesuai aturan Alloh untuk memakmurkan bumi-Nya.
Sebagaimana Alloh menerangakn dalam QS An-Nahl 97, “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.

Sayyid Qutub menafsirkan ayat ini, bahwa kehidupan yang baik itu tidak hanya harta yang banyak dan melimpah. Namun Alloh juga memberikan dalam bentuk lain misalnya kesehatan, kedamaian rumah tangga, kenikmatan hidup, dan lai lain. Apalah arti banyak harta atau kaya namun penyakit banyak diderita. Lebih tepatnya harta yang kita miliki itu bersifat barokah atau bertambah dan kita merasa cukup dengannya.

Posting Komentar

0 Komentar