Ad Code

Responsive Advertisement

AMBISI : Kawan atau Lawan?


Apa yang ada di pikiran Anda jika mendengar kata “ambisi”? Mungkin yang terbayang oleh Anda adalah rekan kerja Anda, yang menurut Anda sangat lincah mencari celah dan lorong untuk dimasuki demi mengejar jabatan. Atau Anda bisa juga teringat pada diri Anda sendiri saat masih jadi anak sekolah, menangis bila nilai ulangan Anda lebih kecil dari saingan Anda di kelas, sehingga membuat orang tua Anda kagum campur cemas karena Anda belajar lebih giat dari biasanya tetapi pada ulangan berikutnya berhasil menunjukkan nilai sempurna, perfect, satu-satunya di kelas.
Webster Dictionary menjelaskan kata ambition sebagai an ardent desire for rank,fame, or power; or a desire to achieve a particular end. Dengan demikian ambisi berarti keinginan yang kuat, baik untuk memperoleh posisi, ketenaran atau kekuasaan, maupun untuk mencapai hasil tertentu. Ambisi dapat disandingkan dengan cita-cita, sesuatu yang ingin dituju oleh seseorang dalam hidupnya. Setiap orang harus memiliki ambisi, karena jika tidak berarti ia tidak mengisi hidupnya.

Jadi, ambisi bukan melulu sesuatu yang negatif seperti yang Anda lihat pada diri salah seorang rekan kerja Anda tadi, misalnya. Ambisi juga memiliki sisi positif, yaitu sebagai suatu roh yang menggerakkan diri setiap manusia untuk mencapai sesuatu dalam hidupnya. Setiap manusia harus memiliki ambisi untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik. Ambisi menjadi suatu dorongan dalam diri yang memacu untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil yang baik sesuai tujuan yang ingin dicapai. Contoh yang pas untuk ini adalah kisah si anak sekolah yang keukeuh (ngotot, teguh hati) mengejar ketertinggalannya dari teman, dengan giat belajar.
Dalam dunia kerja, orang yang tidak memiliki ambisi cenderung bekerja apa adanya. Datang ke kantor, mengerjakan tugas-tugas, pulang ke rumah, terima gaji setiap bulan. Tidak ada yang dikejar dan tidak ada target dalam karirnya. Ambisi diperlukan agar kita memiliki semangat dan motivasi dalam bekerja. Dengan adanya ambisi dalam diri kita, kita akan tergerak untuk maju. Sebagai contoh, si X memiliki target naik jabatan menjadi manajer. Ia mampu mengelola ambisinya melalui cara-cara yang baik seperti mempelajari tugas-tugas seorang manajer, mengikuti berbagai seminar yang dapat memperluas wawasannya, serta tidak segan bertanya pada orang yang lebih mampu.
Lantas, kenapa sebagian masyarakat masih alergi dengan istilah ambisi, dan menganggap orang yang berambisi sebagai orang yang perlu dijauhi?
Ambisi yang berlebihan bila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sesuatu yang merugikan. Karena orang akan melakukan segala cara untuk mencapai keinginannya. Menurut Tika Bisono, MPsi, ciri-ciri mereka yang ambisius secara berlebihan adalah menghalalkan segala cara meskipun secara kemampuan tidak memadai, hobi menjatuhkan saingan yang lebih dari dirinya, atau setelah kalah malah mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang lain.

Nah, agar ambisi yang kita miliki tidak mengubah kita menjadi orang yang ambisius, maka kita harus memiliki kerangka program dan ukuran yang jelas. Kenalilah kompetensi diri, agar kita tidak ”kebablasan” mengejar sesuatu yang sebenarnya kita tidak mampu meraihnya. Kompetensi merupakan aspek-aspek pribadi dari setiap individu, yakni sifat, motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi akan mengarahkan tingkah laku individu guna menghasilkan kinerja.
oleh : Diani Andrini Nangkah

Posting Komentar

0 Komentar