Ad Code

Responsive Advertisement

BUKAKAN PINTU HATI, PERANGU KEBODOHAN DAN KEMERDEKAAN

Oleh : H.Mas’oed Abidin
Kalau disadari, bahwa di keliling kita terserak sumber daya yang besar dari umat, yang sedang terpelanting dan menderita, ada berbagai kelompok dan kedudukan. Diantaranya, Pelajar dan Mahasiswa, bekas pegawai-pegawai Negeri Sipil, Militer, pegawai perusahaan-perusahaan swasta dan guru-guru sekolah partikulir (Madrasah-Madrasah), Masyarakat Tani, pedagang kecil dan buruh kecil.
Semuanya adalah sumber daya manusia (SDM) yang besar kontribusinya.
Walaupun diantaranya ada yang invalid, atau yang di tinggalkan oleh yang telah gugur, ada yang menderita tekanan kehidupan, dhu’afak, kehilangan rumah atau pekerjaan.
Kesemuanya merupakan kekuatan masyarakat yang perlu di bina untuk ikut berperan aktif dalam proses kehidupan bangsa ditengah bergulirnya roda pembangunan (development) itu.
Untuk menghimpunnya, diperlukan usaha dengan berbagai upaya, baik yang bersifat psychologis ataupun technis.
Langkah pertama, adalah bukakan “pintu hati” dan “pintu rumah” bagi mereka yang memerlukan bantuan dalam rangka pemulihan kehidupan.
Tunjukkan minat kepada mereka dengan ikhlas dan sungguh-sungguh.
Andaikata belum mampu memberikan bantuan sewaktu itu juga, sekurang-kurangnya sokongan moril harus diberikan.
Hidupkan harapan mereka kepada kekuatan kerahiman Ilahi
Suburkan kepercayaan mereka kepada kekuatan yang ada pada diri mereka sendiri, dengan hati yang tulus ikhlas.
Hati yang lebih tulus dan pikiran yang jernih serta lega akan kembali mengisi harapan.
Upaya ini niscaya akan menambah himmah (gita dan minat) untuk bekerja terus.
Sekurang-kurangnya, akan menambah daya tahan umat untuk menghindarkan diri dari tindakan menyalahi hukum Syar’iy, maupun urusan duniawi.
Sekali-kali jangan ditinggalkan umat dengan bermacam-macam perasaan tak tentu arah.
Tanpa pegangan yang pasti, umat akan patah hati dan semangat untuk bisa menjumpai kita kembali.
Kriteria untuk merebut suatu keberhasilan oleh seorang pemimpin, dalam semua level kedudukannya, adalah selalu berada di tengah umat yang dipimpinnya.
“TIAP-TIAP KAMU ADALAH PEMIMPIN, DAN TIAP-TIAP PEMIMPIN AKAN DIMINTA PERTANGGUNGAN JAWAB ATAS YANG DIPIMPINNYA”(Al Hadist Riwayat Al Bukhary, dari Abdullah Ibn Umar). Begitu peringatan Rasulullah SAW.
Pemikiran (ide) seorang pemimpin walaupun belum selalu komplet dan limitatif, menjadi tidak terbatas bila berpadu dengan pengalaman.
Pengalaman disertai kearifan membaca kondisi keliling merupakan pelajaran sangat berharga sebagai penggugah dan pengantar pemikiran.
Pengalaman serta daya pikir dan daya cipta, bila dipadukan akan sangat bermanfaat untuk menciptakan kesempurnaan dalam praktek.
Sambil berjalan kumpulkan data pengalaman sebanyak mungkin, karena tindakan seperti ini bukan barang lama, tidak pula ilmu baru.
Syukurlah, bila ada kesadaran akan kenyataan bahwa semua hal baru dapat di kerjakan oleh semua orang, asal mau.

Semua barang yang lama itu tetap akan baru, selama sesorang belum mengerjakannya.
Yang terpenting selalu mencoba untuk membangkitkan kreativitas dalam berusaha.
Sebagai upaya inovatif untuk tetap bersemangat dalam menjalani roda kehidupan ini.
Barangkali juga dirasakan, bahwa di antara hal-hal itu ada yang demikian barunya sehingga sukar, malah rasa-rasa tak mungkin dapat mencapainya.
Semboyan amal itu seharusnya adalah; “Yang mudah sudah dikerjakan orang, Yang sukar kita kerjakan sekarang, Yang “tak mungkin” dikerjakan besok”, begitu di antara pesan-pesan dakwah Bapak DR.Mohamad Natsir (1961).
Mari kita sahuti panggilan Allah SWT,
“Katakanlah : Wahai kaumku, berbuatlah kamu sehabis-habis kemampuan-mu, akupun berbuat”!
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh,

Posting Komentar

0 Komentar