Ad Code

Responsive Advertisement

TAFAKUR dan MAKRIFAT

Dengan akal, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia menyelidiki alam materi jagad raya, setahap demi setahap kian berjaya mengeksplorasi potensi alam raya.
Namun tatkala sampai pada pertanyaan: mengapa kita dan jagad raya ini ada? sebelum kita dan jagad raya ini ada apa yang ada? sesudah kita dan jagad raya ini punah nanti di manakah kita?
Daya rasional kita, logika kita menyerah. Tentu saja karena masalah itu sudah bukan urusan akal lagi.
Melainkan suatu rahasia di balik tabir yang hanya dapat dipahami melalui pengetahuan hati sanubari.
Dalam tasawuf orang menyebutnya makrifat, dan untuk menuju ke sana dibutuhkan kesucian hati.

Tetapi sebelum lebih jauh apakah hati itu? Buat doter dipahami sebagai sekeping organ tubuh yang bila menyempit dan mengembang darahpun mengalir melalui urat nadi dan urat darah halus lalu menghasilkan daya hidup. Bagi kalangan filsuf kata ini umumnya digunakan untuk kedudukan tertentu jiwa.
Dalam Al Qur'an tersirat pengertiannya yang umum maupun khusus seperti misalnya: "Sesungguhnya di situ ada pengingat bagi orang yang memiliki hati dan mendengarkan dengan penuh kecerdasan" (QS 50;37)

Pencerahan hati atau kalbu dapat dirintis melalui jalan tafakur (merenung kontemplatif).
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda2 bagi orang2 yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia2. Maha suci Engkau" (QS 3;190-191)

Di antara tingkatan tafakur adalah merenungkan keadaan jiwa. Ini sangat besar manfaatnya karena merupakan sumber pengetahuan transendental yang luas. Di antara isu yang bertalian dengan jiwa adalah: Apakah jiwa terlepas dari tubuh? Suatu isu yang oleh para filsuf diberi nilai penting dibanding isu filosofis lainnya.

Para dokter, ilmuwan dan ahli anatomi sepakat bahwa semua organ manusia mulai dari piameter (pusat persepsi inderawi dan tahapan manifestasi psikis) sampai organ2 tubuh jasadi melemah keadaannya setelah usia tiga puluh lima atau empat puluh tahun. Banyak orang telah mengalaminya sendiri.
Namun pada saat yang sama, fakultas2 spiritual dan persepsi2 intelektual berpotensi makin berkembang dan menguat.

Sesungguhnyalah fakultas rasional intelektual tidak bersifat jasadi, sebab jika bersifat jasadi tentu akan melorot juga keadaan dan fungsinya. Ini sudah cukup membuktikan bahwa fakultas intelektual itu akarnya bukanlah fisik.
Karena jiwa tidak bersifat jasadi adau fisik maka pengaruh dan aktivitasnya berlawanan dengan organ2 jasadi murni.
Tubuh tidak menerima lebih dari satu bentuk. Andai tubuh harus menerima bentuk lain, maa bentuk yang sebelumnya harus dilepaskannya. Prinsip ini berlaku untuk semua benda.
Namun bagi jiwa, sementara satu bentuk terterakan padanya, bentuk2 lain yang sepenuhnya berbeda dapat pula diterakan padanya tanpa menghapus bentuk yang pertama.
Setiap benda jasadi hanya dapat menerima bentuk2 terbatas, sedangkan jiwa mampu menerima bentuk2 tak terbatas.
Setiap benda jasadi jika kehilangan satu bentuk maka bentuk awal tak dapat dikembalikan kepada benda jasadi itu, kecuali ada sebab baru. Karena itulah jiwa memiliki eksistensi non-jasadinya sendiri, dan tak dapat punah.
Jiwa tidak merosot atau hancur bersamaan dengan merosot atau hancurnya tubuh, atau setelah berpisah dari tubuh. Jiwa berada di alam yang berbeda. Tidak ada kematian atau kepunahan bagi jiwa.

Untuk pemahaman hakiki melalui pintu makrifat tidaklah dapat ditelusuri melalui penalaran akal, melainkan sangat bergantung pada pencapaian kondisi kemampuan menerima makrifat itu sendiri. Karena makrifat adalah anugerah Tuhan bagi seorang hamba Tuhan yang sanggup menerimanya. Ada tiga alat dalam diri manusia yang dapat digunakan untuk 'berhubungan langsung dengan Tuhan' yaitu Kalbu {qalb/the heart) untuk mengetahui sifat2 Tuhan - Roh (The spirit) untuk mencintai Tuhan - dan Sir (inmost ground of the soul) untuk 'melihat' Tuhan.
Sir merupakan alat paling peka lebih halus dari roh apalagi kalbu. Karena sir bertempat di roh dan roh bertempat di kalbu maka sir timbul untuk menerima iluminasi dari Tuhan tatkala roh dan kalbu telah disucikan dari segala sesuatu yang mengotori dan menghalangi 'perjumpaan' dengan Tuhan. Tatkala gerbang makrifat terbuka, itulah puncak kebahagiaan paling hakiki seorang hamba Tuhan.

Maha Suci Tuhan Yang Maha Tak Terhingga.

Selamat bertafakur.

Posting Komentar

0 Komentar